Kamis, 20 Agustus 2009

Menyoal Pemekaran dan Penggabungan Daerah Otonomi

Sedikitnya tiga kecamatan di Kabupaten Garut Selatan, yakni Kecamatan Caringin, Cisewu, dan Talegong serta dua kecamatan lain dari Kabupaten Cianjur, yaitu Kecamatan Cidaun dan Naringgul menginginkan bergabung ke Kabupaten Bandung. Terkait dengan rencana pengembangan Jalur Wisata Jawa Barat Selatan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Keinginan masyarakat Garut Selatan untuk bergabung ke Kabupaten Bandung mulai mencuat kepermukaan publik semenjak tahun 1952. Namun, hingga saat ini belum mendapatkan respon dan tanggapan serta ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Garut maupun oleh Kabupaten Bandung dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hal itu, masih merupakan sebuah wacana yang terus bergulir diantara mereka-mereka yang memiliki kepedulian dan kepentingan bagi perkembangan daerah Selatan.

Banyak faktor yang dipandang sebagai titik awal munculnya keinginan masyarakat Garut Selatan memalingkan hatinya untuk bergabung dengan Kabupaten Bandung. Satu diantaranya adalah faktor jarak. Jarak tempuh yang jauh antara beberapa daerah di Garut Selatan ke Ibukota Kabupaten Garut, jika dibandingkan ke Kabupaten Bandung, menjadi bahan pertimbangan masyarakat Garut Selatan.
Selain itu, akses informasi, mobilisasi, pendidikan politik dan perekonomian masyarakat Garut Selatan, hampir 90% mengalir ke Kabupaten Bandung. Termasuk didalamnya proses pemasaran hasil-hasil produksi pertanian masyarakat Garut Selatan yang banyak dilakukan dengan masyarakat Kabupaten Bandung, juga pemenuhan kebutuhan penduduk Garut Selatan banyak disuplai dari Kabupaten Bandung.

Hal lain yang menjadi dasar keinginan masyarakat tersebut adalah adanya anggapan masyarakat Garut Selatan bahwa daerah mereka tidak mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Kabupaten Garut. Hal itu dapat dibuktikan dari proses pembangunan Garut Selatan yang tertinggal, seperti pembangunan insfrastruktur dan sarana pelayanan publik yang hingga saat ini tidak dikembangkan secara merata.
Sikap iri tersebut bercermin dari pembangunan Garut Utara yang terus meningkat. Disparitas pembangunan kental kentara. Alokasi anggaran pembangunan untuk daerah Garut Selatan hanya sekitar 10% dari total anggaran APBD. Anggaran itu pun harus dibagi kepada lebih dari separuh kecamatan se Kabupaten Garut (sekitar 16 Kecamatan). Sehingga ada asumsi, jika Garut Selatan pindah ke Kabupaten Bandung, maka pembangunan daerah mereka akan meningkat. Hal itu dapat dilihat dari beberapa daerah Kabupaten Bandung yang berbatasan dengan Garut Selatan, proses pembangunannya sangat cepat.

Secara umum, bergabungnya beberapa daerah Garut Selatan ke Kabupaten Bandung akan banyak menguntungkan daerah Selatan, baik secara ekonomi, sosial maupun politik. Bagi mereka, pindahnya kabupaten menghadirkan sebuah pengharapan baru dalam upaya peningkatan hidup ke arah yang lebih baik dan maju, yang diwujudkan dengan adanya peningkatan pembangunan dan ketersediaan insfrastruktur penunjang kehidupan masyarakat.

Isu tersebut kini kembali mulai menghangat dan menjadi polemik di beberapa media massa seiring dengan berhembusnya rencana pemekaran Kabupaten Garut Selatan yang saat ini sudah diwarnai dengan terbentuknya Pansus DPRD Garut yang khusus membahas rencana pemekaran Garut Selatan. Namun dilain pihak, keinginan masyarakat Garut Selatan untuk bergabung ke Kabupaten Bandung mendapatkan perhatian yang cukup serius dari Pemerintahan Kabupaten Bandung. Keinginan tersebut dikaitkan dengan adanya rencana pengembangan Jalur Wisata Jawa Barat Selatan, melalui wahana ekowisata.

Wacana ini barang tentu menghadirkan pro dan kontra. Ada kalangan yang menilai bahwa keinginan bergabungnya beberapa daerah Garut Selatan ke Kabupaten Bandung, merupakan suatu hal yang mengada-ngada dan kental dengan nuansa kepentingan kekuasaan beberapa elit politik. Hal ini juga tidak bisa dipisahkan dari wacana berdirinya Kabupaten Bandung Barat dan Bandung Timur serta rencana Pemekaran Garut Selatan.

Keinginan bergabungnya beberapa daerah di wilayah Kabupaten Garut bagian Selatan, disebabkan oleh pelbagai hal. Hal tersebut lebih erat kaitannya dengan proses pembangunan di Garut Selatan yang terkesan terbengkalai, serta kurangnya sarana publik dan keberadaan insfrastruktur penopang kehidupan masyarakat Garut Selatan, seperti sarana jalan dan transportasi, sarana pendidikan dan kesehatan, sistem mobilisasi dan urbanisasi penduduk, serta proses perekonomian masyarakat Garut Selatan yang secara mayoritas berhubungan dengan Kabupaten Bandung.

Sebetulnya, khusus untuk daerah kecamatan Cisewu dan Talegong, bergabung dan tidaknya ke Kabupaten Bandung, tidak akan terlalu berpengaruh karena mobilisasi penduduk dan distribusi hasil produksi pertanian masyarakat (sistem perekonomian) sejak lama tetap berlangsung dengan Bandung, namun pengaruh tersebut mungkin akan dirasakan pada pelayanan sistem pemerintahan dan pembangunan insfrastruktur.

Jauhnya jarak tempuh antara ibu kota Kabupaten Garut dengan beberapa kecamatan di Garut Selatan merupakan alasan lain untuk bergabung dengan Bandung. Jarak tempuh antara Garut Selatan (Talegong, Cisewu, Caringin) dengan Kota Kabupaten bisa ditempuh sekitar 4-5 jam (sekitar 110 KM), sementara jarak ke Kabupaten Bandung bisa ditempuh dengan perjalanan sekitar 2 jam (90 KM), begitu juga dengan masalah pembiayaan transportasi, ongkos dari Cisewu ke Bandung hanya Rp 20.000,- sementara dari Cisewu ke Garut Rp 30.000,-.

Kegiatan perekonomian dan urbanisasi penduduk Garut Selatan banyak berhubungan dengan Kabupaten Bandung. Sebagai contoh, pedagang grosir dan warung-warung di Garut Selatan melakukan transaksi jual-beli (menjual hasil produksi pertanian dan mendatangkan kebutuhan pokok masyarakat) dilakukan dengan para pedagang di Kabupaten Bandung.

Selain itu, masalah pengaruh budaya pun kebanyakan untuk beberapa daerah di Garut Selatan mengadopsi dari Bandung. Sepertinya juga hasil-hasil bumi dari Garut Selatan banyak didistribusikan ke Bandung, bukan ke Garut. Seperti, penjualan dan pembelian hasil pertanian pun banyak dilakukan ke Pasar Caringin bahkan sampai ke Pasar Cibitung Jakarta. Jadi, pindah dan tidaknya ke Bandung bagi beberapa daerah di Garut Selatan (Cisewu dan Talegong) akan tetap saja berlangsung seperti ini (dilihat dari sudut pandang perekonomian).

Sementara dalam tingkat mobilisasi penduduk, secara mayoritas penduduk di Garut Selatan banyak melakukan interaksi kehidupannya dengan Kabupaten Bandung Hampir sekitar 90% penduduk Garut Selatan mobilisasi kegiatannya ke Kabupaten Bandung, baik secara sosil, ekonomi, pendidikan maupun politik. Sebagai contoh, anak sekolah tamatan SMA rata-rata melanjutkan sekolahnya (kuliah) ke Bandung dan transpormasi pengaruh kebudayaan pun kebanyakan diadopsi dari Bandung. Jadi, masalah-masalah seperti itu merupakan hal yang patut dipertimbangkan. Begitu juga dengan urbanisasi tenaga kerja, tenaga kerja usia produktif dari Garut Selatan kebanyakan mencari kerja dan bekerja di Kabupaten Bandung bukan di Garut, hal ini disebabkan orientasi pencarian peluang hidup di Kabupaten Bandung lebih menjanjikan ketimbang mencari pekerjaan di Garut (Garut sedikit sentra industri).

Dalam kehidupan politik, penduduk Garut Selatan kebanyakan mengakses informasi dan perkembangan politik dari Kabupaten Bandung. Karena lancarnya arus transportasi dan komunikasi, yang menjadi salah satu faktor pendorong cepatnya transformasi pendidikan politik dari Bandung ke Garut Selatan (Talegong, Cisewu dan Caringin).

Sementara dari Garut hanya terjadi dan dapat dirasakan secara musiman saja seperti ketika masa-masa kampanye pemilu. Bahkan ada hal yang sangat naif, beberapa kejadian yang penting di Kabupaten Garut tidak banyak diketahui oleh masyarakat Garut Selatan seperti proses Pemilihan Bupati (banyak masyarakat yang tidak tahu siapa Bupati Garut) dan perkembangan kasus politik seperti Kasus APBD-Gate yang terjadi di DPRD Kabupaten Garut Periode 1999-2004.

Meskipun banyak alasan dan argumen yang memperkuat keinginan warga Garut Selatan untuk pindah ke Kabupaten Bandung, pada dasarnya masyarakat Garut Selatan hanya menginginkan terjadinya percepatan pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan serta mengharapkan adanya perhatian yang lebih untuk wilayah Garut Selatan terutama daerah Kecamatan Caringin, Cisewu dan Talegong yang sampai saat ini masih dirasakan mengalami disparitas dengan daerah-daerah di Garut Utara. Hal itu menjadi daya tawar bagi kedua pemerintahan, baik pemerintah Kabupaten Bandung maupun Kabupaten Garut. Begitu juga dalam hal kelancaran perekonomian dan transportasi serta semua sektor pembangunan yang lain dan penyediaan sarana insfrastruktur yang ada di wilayah Garut Selatan, seperti sarana pendidikan dan kesehatan, jalan, dan sarana penerangan (listrik).

STRATEGI DAN SOLUSI

Kalaulah keinginan masyarakat Garut Selatan menghendaki bergabung atau pindah ke Kabupaten Bandung maka seharusnya masyarakat bersuara dan menyalurkan aspirasainya secara benar dan sesuai dengan prosedur ataupun bisa menyampaikannya secara langsung kepada lembaga perwakilan rakyat (DPRD Kabupaten atau DPRD Provinsi) secara jelas dan lengkap beserta alasan-alasannya, untuk dijadikan bahan olahan. Mengingat bergabungnya suatu wilayah atau berpisahnya suatu wilayah, harus sesuai dengan aturan yang ada dan memerlukan kajian-kajian yang lebih mendalam, cermat dan tepat.


Selain itu, masyarakat Garut Selatan harus secara proaktif ikut terlibat dalam masalah ini, apakah melalui wakil-wakilnya di tingkat provinsi baik melalui partai politik maupun secara perorangan atau langsung ditembuskan kepada DPRD Provinsi, karena jika melalui DPRD Garut ada keraguan bahwa mereka akan bertahan/mempertahankan Garut Selatan sebagai bagian dari Kabupaten Garut.
Hal itu dapat ditempuh dengan cara mengajukan keinginan masyarakat baik secara tertulis maupun lisan melalui perwakilannya. Dulu pernah dicoba melalui sebuah organisasi namun hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan dan realisasinya.

Hal itu bisa ditempuh dengan membentuk sebuah forum bersama, apalagi jika orang-orang Cidaun dan Naringgung (Cianjur) ada keinginan yang satu arah dengan masyarakat Garut Selatan (Cisewu, Caringin dan Talegong) hal itu bisa digabungkan, yakni antara tokoh-tokoh masyarakatnya bisa berkumpul bersama dalam memperbincangkan masalah ini, namun hingga saat ini belum ada komunikasi, dimana mereka masih berjalan secara masing-masing. Tapi andai kata diantara kelima kecamatan ini bersatu dan ada kesepakatan, maka akan semakin kuat dan saya yakni akan mendapatkan perhatian dan tanggapan dari pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Sampai saat ini, berbagai elemen masyarakat di Garut Selatan (baik tokoh masyarakat dan tokoh pemuda) terus menggalang kekuatan dan melakukan langkah-langkah pendekatan kepada pihak-pihak yang dianggap terkait dengan masalah ini.

Pemuda memiliki keinginan, kalaulah Garut Selatan ingin menjadi sebuah kabupaten baru --- dengan catatan bisa menutupi semua sektor pembangunan Garut Selatan --- maka kami akan mengikuti rencana tersebut meskipun kami lebih cenderung memilih pindah ke Kabupaten Bandung. Tetapi hal ini pun berlaku atas alasan keinginan kami pindah ke Bandung, kami tetap sama memberikan catatan bahwa daya tawar kami terletak pada penyediaan sarana dan prasaran serta insfrastruktur yang harus segera dilaksanakan. Siapa yang cepat membangun, itu yang dapat.

Selain itu, masyarakat telah melakukan konsolidasi dan kooordinasi kepada semua pihak, baik secara individu (orang per orang) ataupun kelompok, serta menggunakan media komunitas berupa Radio Komunitas. Namun sampai sejauh ini pergerakan masyarakat masih terbatas. Meskipun sudah ada diantara anggota msyarakat yang telah bergerak dan melakukan assesment, namun secara besar-besaran program yang direncanakan belum dilaksanakan. Semuanya masih dalam proses dan tahap pendekatan-pendekatan.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar