Rabu, 21 Oktober 2009

PELANTIKAN ITU BERSIFAT ARTIFISIAL DAN BERJARAK

Jakarta, Kompas - Upacara pelantikan presiden dan wakil presiden, Selasa (20/10), bersifat artifisial dan berjarak dengan rakyat. Pelantikan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono itu seharusnya menjadi milik rakyat dan dirayakan sebagai pesta rakyat.

Demikian disampaikan sutradara Garin Nugroho, pemain teater Aspar Paturusi, dan ahli komunikasi politik Effendi Gazali secara terpisah di Jakarta, kemarin.

Menurut Effendi Gazali, yang menyaksikan langsung pelantikan Presiden Barack Obama, 20 Januari 2009, pelantikan Obama disambut harapan hampir seluruh dunia, sedangkan pelantikan Yudhoyono disambut campuran harapan dan unjuk rasa.

”Pelantikan Obama diramu sebagai gabungan nilai sejarah, seni pertunjukan kelas tinggi, dan pesta budaya yang melibatkan seluruh bangsa Amerika, bahkan dunia. Pelantikan Presiden Yudhoyono sangat formal, relatif hanya seremonial,” ucapnya.

Padahal, dalam pemilu presiden, perolehan suara Yudhoyono lebih tinggi daripada Obama. Perolehan suara Yudhoyono adalah 73.874.562 suara atau 60,8 persen, sementara Obama mendapat 69.456.897 suara atau 52,9 persen.

Pelantikan Obama dipadati tidak hanya oleh elite, tetapi juga rakyat jelata. Diperkirakan 2 juta orang berdatangan. Wartawan Kompas Budiarto Shambazy waktu itu melaporkan, ratusan ribu orang bahkan tetap tinggal di National Mall menanti pelantikan Obama. Udara musim dingin yang mencapai 0 derajat Celsius juga tidak menyurutkan kegembiraan orang-orang.

Memisahkan rakyat

Menurut Aspar, ”ritual” pelantikan itu terlalu bersifat protokoler. Berbeda dengan bentuk pemilihan langsung dan kampanye terbuka, pelantikan Yudhoyono justru jauh dari rakyat.

Aspar mengemukakan, Gedung MPR hanya namanya saja yang menggunakan kata ”rakyat”. Namun, situasi pelantikan yang serba protokoler itu memisahkan mata dan telinga rakyat lewat dinding-dinding.

”Rasanya seperti ada tirai,” kata Aspar.

Menurut Aspar, inilah tanda tertutupnya ”tirai-tirai” pada masa kampanye, saat masyarakat bebas bersalaman dengan calon presiden dan calon-calon wakil rakyat. Kini, ada pagar berupa Pasukan Pengamanan Presiden. Aspar bahkan menumpahkan pelantikan itu dalam puisi: sketsa hari ini ada sumpah diucapkan tegas dan lantang. Adakah sumpah bertuah memenuhi amanah? Kita tak akan berhenti menanti.

Garin Nugroho menilai pelantikan presiden dan wakilnya seharusnya menjadi milik masyarakat dan dirayakan sebagai pesta rakyat. Namun, acara itu menjadi tidak lebih dari sebuah perayaan kemenangan yang steril dari partisipasi publik. Rangkaian tontonan yang belakangan ini juga bersifat artifisial. ”Seperti tontonan sinetron tanpa karakter,” ungkap Garin.

Menurut Garin, apa yang dipertontonkan bukan apa yang menurut mereka diinginkan atau melibatkan rakyat. ”Partisipasi masyarakat tidak menjadi pertimbangan mereka,” ujarnya. (edn/sut)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar