Sabtu, 29 Agustus 2009

Mikrofon Tua Jadi Lambang Gema Proklamasi

WARTAWAN senior Rosihan Anwar (tengah) meletakkan batu pertama pembangunan
Monumen Gema Proklamasi di Jln. Diponegoro Kota Bandung,
Minggu (24/8).* USEP USMAN NASRULLOH

GEMA proklamasi kemerdekaan yang dibacakan Soekarno didampingi Mohammad
Hatta di Jln. Pegangsaan Timur Jakarta, 63 tahun silam atau
tepatnya Jumat, 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB, hanya didengar sebagian rakyat di negeri ini.
Oleh karena itu, Yusuf Ronodipuro yang
mendapat salinan teks proklamasi dari Mohammad Hatta, merasa perlu untuk kembali
membacakan naskah proklamasi melalui corong radio di
Jakarta pada pukul 19.00 WIB.

Naskah proklamasi yang kembali dibacakan Yusuf Ronodipuro, didengar oleh
Sakti Alamsyah, R.A. Darja, dan Odas Somadilaga. Ketiganya merasa
belum yakin siaran itu akan terdengar hingga ke pelosok negeri ataupun ke mancanegara.

Meski dihalang-halangi tentara Jepang, dengan menggunakan bahasa Indonesia, Inggris,
dan bahasa Sunda, ketiganya mengulang-ulang
membacakan naskah teks proklamasi melalui siaran RRI Bandung. Selain teks proklamasi,
dengan menggunakan pemancar di Palasari, secara
bergantian mereka meyakinkan rakyat Indonesia bahwa Indonesia telah merdeka,
hingga akhirnya rakyat Indonesia benar-benar mendengar dan
mengetahui negaranya sudah merdeka.

Rangkaian sejarah yang disampaikan dalam bentuk fragmen dikemas dengan balutan
seni tradisi Sunda bertempat di Auditorium RRI Bandung, Jln.
Diponegoro Bandung, Sabtu (23/8) membuat sejumlah sesepuh RRI ataupun pelaku
sejarah lainnya yang hadir seolah diajak bernostalgia. Selain
Dirut LPP RRI Parni Hadi, sejumlah kepala ataupun mantan kepala RRI yang hadir,
merasa bangga karena mereka merupakan bagian dari sejarah.

Berdasarkan catatan sejarah Radio Republik Indonesia (RRI), teks proklamasi yang
kembali dibacakan almarhum Sakti Alamsyah, R.A.
Darjan, dan Odas Somadilaga yang disiarkan di Bandung, menggunakan pemancar
berkekuatan 10 kilowatt di Palasari sehingga kumandang
proklamasi terdengar ke hampir seluruh dunia. Mulai dari Inggris, Amerika, Australia,
ndia, Irak, dan banyak lagi. Siaran itu pun
mendapat respons dari BBC London, VOA, All India Radio, dan Radio Ceylon.

Imron Rosadi, salah seorang saksi sejarah yang saat itu berada di Bagdad Irak mengatakan,
ia telah mendengar proklamasi kemerdekaan RI
melalui radio yang dipancarkan dari Bandung dan segera mengabarkan berita bahagia
tu ke sebelas rekannya di sana. "Saya malam itu
mendengar naskah proklamasi dari Radio Bandung. Begitu gembiranya saya
seolah-olah proklamasi itu adalah istigasah dan doa kami," ucapnya.

Menurut Dirut LPP RRI Parni Hadi, pemaknaan sejarah tentunya bukan hanya untuk
nostalgia masa yang telah lewat, melainkan juga untuk
menggambarkan betapa sulitnya meraih kemerdekaan dari penjajah sehingga hasil
perjuangan itu jangan disia-siakan oleh perbuatan yang
menghancurkan bangsa. "Isi monumen dengan semangat juang untuk memerangi
korupsi yang menjadi perang yang tak kalah sulit dan dahsyat
dibandingkan dengan perang merebut kemerdekaan," ucapnya.

Oleh karena itu, untuk mengingat jasa-jasa para pejuang angkasawan
(sebutan bagi penyiar RRI), Kepala RRI Bandung Bochri Rachman
berinisiatif untuk membangun Monumen Gema Proklamasi di Bandung.
"Karena di sinilah (Bandung) gema proklamasi diudarakan hingga
terdengar hingga ke seluruh pelosok negeri bahkan luar negeri," ujar Bochri Rachman.

Pembangunan monumen yang dirancang Gus Balon juga mendapat dukungan
dari wali kota terpilih Dada Rosada, mantan Dirut Perjan RRI Suryanta
Saleh, Ketua LVRI Bandung R. Sudirman, mantan Kepsta RRI Bandung Tjutju Tjuarna,
mantan Kepsta RRI Jakarta Baskara, dan Kokon Darmawan.
Selain itu, 58 RRI se-Indonesia dan radio-radio swasta yang tergabung dalam PRSSNI
dan ARSSLI turut memberikan dukungan.

Menandai dibangunnya Monumen Gema Proklamasi berbentuk mikrofon tempo dulu
setinggi 8 meter, Minggu (24/8) dilakukan peletakan batu pertama
di taman yang mempertemukan Jln. Diponegoro dan Jln. Trunojoyo Bandung. "Ini bukan
hanya sebagai penanda bahwa di sini (Bandung) gema
proklamasi pernah dikumandangkan dan RRI turut ambil bagian dalam kemerdekaan,
tetapi monumen ini pun dibangun untuk menandai bahwa
sadar sejarah perjuangan itu terus dikobarkan dari generasi ke generasi,"
ujar Dirut LPP RRI Parni Hadi.

Monumen Gema Proklamasi berbentuk mikrofon tempo dulu nantinya akan memperlihatkan
relief para pejuang radio yang tengah membacakan naskah
proklamasi. Selain itu, ada pula relief Abdurrachman Saleh yang juga pejuang radio
sekaligus pendiri RRI.

Selain peletakan batu pertama, seremoni itu pun ditandai peletakan bagian
fondasi yang tanah dan airnya berasal dari 58 kota/kabupaten
yang tersebar dari Pulau Sumatra sampai Papua. (Retno HY/Vebertina/"PR")***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar